Hebatnya Strategi Manipulasi Industri Rokok Dalam Iklan dan Program CSR


Salah satu iklan rokok jadul yang mengisahkan era rokok filter sebagai sebuah inovasi, menarik banget ya (Sumber: https://allthatsinteresting.com/vintage-cigarette-ads)

Mengapa dibilang keren?
Padahal mempercepat penuaan dini
Mengapa dibilang kuat?
Kalau baru jalan sedikit saja sudah ngos-ngosan
Mengapa dibilang prima? 
Padahal penyakit mematikan siap menyerang


Tuhan sembilan senti dengan nama beken “Rokok” nampaknya masih menjadi primadona di negeri ini. Dibalik iklan rokok yang menampilan sisi “percaya diri”, “macho”, “kuat”, dan makna positif lainnya, sesungguhnya sangat jauh bertentangan dengan hasil akhir merokok yang menyebabkan “kematian akibat penyakit kanker dan serangan jantung”, “penuaan dini”, “nafas pendek dan sesak” serta keluhan lainnya. Hal ini sudah diketahui oleh para perokok, bahkan dibungkus rokok telah tertulis peringatan jelas “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”, namun sepertinya efek adiktif selalu bisa mengalahkan logika dan akal sehat. Faktor pendukung lainnya yaitu strategi marketing industri rokok mampu membuat “citra” rokok menjadi baik di mata semua orang, belum lagi dengan adanya program CSR yang memiliki promosi terselubung.

Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam Webinar Workshop Blogger yang diselenggarakan oleh Yayasan Lentera Anak dalam rangka menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh setiap tahunnya pada tanggal 31 Mei dengan tema yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu “Lindungi Kaum Muda dari Manipulasi Industri dan Cegah Konsumsi Rokok dan Nikotin”. Webinar yang diselenggarakan tanggal 30 Mei 2020 ini mengundang tiga pembicara ahli yaitu Kiki Soewarso, Mouhamad Bigwanto dan Hariyadi.

Webinar dengan tema utama “Membedah Fakta Kebohongan Industri Rokok di Era Post-truth” menghadirkan banyak fakta-fakta yang sebelumnya kami tidak ketahui dan sangat berkorelasi terhadap pertumbuhan jumlah perokok di masa kini dan juga berpotensi sebagai tabungan pelanggan rokok di masa mendatang. Berikut tiga isu utama yang dibahas oleh ketiga narasumber dalam kegiatan Webinar:

Iklan rokok bersifat manipulatif telah sukses mengelabui dan memikat calon konsumen
Mirisnya, kondisi perokok di Indonesia makin lama makin bertambah banyak. Usia individu yang merokok pertama kali makin lama juga makin muda. Kiki Soewarso yang saat ini menjabat sebagai Communication Specialist pada Tobacco Control Support Center (TCSC – IAKMI), mengungkapkan bahwa ada peningkatan sekitar perokok yang berusia 10-14 tahun sebesar 0,7% dan perokok yang berusia 15-19 tahun sebesar 1,4% dari tahun 2013-2018.

Informasi persentase peningkatan ini diperoleh dari data Atlas Tembakau Indonesia 2020, yang juga menampilkan tren usia perokok tertinggi ada di usia 15-19 sebesar 52,1%, 10-14 tahun sebesar 23,1% dan bahkan yang mulai merokok pada usia 5-9 tahun jumlahnya sebesar 2,5%.

Tidak ada asap kalau tidak ada api. Salah satu penyebab dari peningkatan perokok cilik ini adalah iklan rokok. Kalau kita ingat-ingat, apakah ada channel televisi yang tidak menampilkan iklan rokok sama sekali, terutama kalau sudah mulai agak malam. Beberapa iklan rokok mulai bergerilya menampilkan sisi heroik, sisi percaya diri, sisi maskulinitas dan juga disertai dengan visual yang sangat apik. Belum ditambah lagi dengan iklan yang beredar di youtube dan media sosial lainnya, dapat dengan sangat mudah diakses kapan pun oleh bocah-bocah ini.


Ini salah satu visual iklan rokok yang menarik dan terkesan energik (sumber: A Mild)


Iklan rokok selalu menampilkan yang terbaik, kata-kata motivasi yang menginspirasi. Manipulasi kata-kata yang tidak sejalan dengan efek sampingnya tetap saja ditelan mentah-mentah oleh anak-anak dan remaja. Para remaja memiliki posisi yang cukup rentan, di saat mulai memasuki masa pubertas, ketika saatnya mencari jati diri dan mencoba hal-hal baru. Iklan rokok yang memotivasi dan memberikan citra “maskulin” menjadi salah satu daya tarik besar bagi para remaja untuk menjadi terlihat “keren” dengan merokok karena berkesan “lakik banget”.

Saya sendiri pernah mengalami ketika bertemu dengan anak-anak SMP, mereka dengan asiknya merokok saat saya lewat. Saya kemudian meminta mereka membuang rokoknya, namun yang terjadi setelahnya mereka malah menertawakan saya. Hal ini menjadi perenungan bagi saya, bahwa sekedar melarang saja tidak akan mampu untuk menjernihkan pikiran mereka yang sudah teracuni oleh nikotin dan tar. Saya ucapkan selamat kepada iklan rokok yang telah sukses meracuni pikiran adik-adik kita! Jujur saya keki banget semenjak itu, mau ngomelin panjang kali lebar tapi itu anak orang, duh serba salah jadinya.

Salah satu masukan dari Mbak Kiki mengenai fenomena ini adalah akan sangat sulit untuk memasukkan materi mengenai rokok ke dalam kurikulum sekolah. Hal yang bisa dilakukan di tingkat sekolah adalah menyeleksi guru-guru harus bebas rokok terlebih dahulu. Iklan-iklan layanan masyarakat untuk menetralisir maraknya iklan rokok juga harus diperbanyak, bahkan bagusnya iklan rokok ditiadakan.

Tipu muslihat 4.0 industri rokok: Rokok elektrik sebagai solusi aman merokok, benarkah?

Rokok elektronik digadang-gadang sebagai salah satu strategi agar merokok terkesan "aman", padahal efek sampingnya bisa jauh lebih berbahaya loh (Sumber: Lentera Anak)

Mouhamad Bigwanto sebagai TIM Focal Point pada Tobbaco Control Policy Support in Indonesia SEATCA (South East Asia Tobacco Control Alliance) menjelaskan mengenai geliat inovasi teknologi merokok ala era 4.0. Rokok jelas tidak hanya menampilkan sisi klasik dengan kertas, tembakau dan filternya. Inovasi ada rasa dan aroma menjadi salah satu hal yang cukup ditonjolkan akhir-akhir ini. Bahkan, hebatnya lagi merokok ala jaman now katanya sekarang lebih aman dengan menggunakan vape? Nah loh itu apa ya???

Saya pertama kali mendengar kata “vape” merasa bingung. Vape yang saya tahu adalah sebuah merek obat nyamuk aerosol. Nah, jelas ternyata saya salah besar dan ketauan kudet alias kurang update. Vape itu ternyata rokok elektronik dan ini menjadi tren saat ini, hits banget deh! Mas Bigwanto memberikan list perusahaan internasional yang mulai gencar untuk menawarkan produk vape ini contohnya Philip Morris International, British American Tobacco dan masih banyak lagi. Industri rokok bahkan berani mengklaim bahwa rokok elektronik jauh lebih aman ketimbang rokok klasik. Walah, jebakan batman macam apa ini?

Mungkin masih banyak yang merasa "ah sekarang gue ngerokoknya pakai vape dong, lebih keren dan lebih aman lagi". Nah, ini dia salah satu kesesatan berjamaah. Mas Bigwanto mengungkapkan bahwa kebohongan yang diberitakan secara terus-menerus akan dianggap sebagai sebuah kenormalan, apalagi semakin banyak pula pengikutnya. Hal ini kalau diibaratkan seperti, menyontek itu tidak baik, namun kalau satu kelas menyontek ya tidak apa-apa, kan semua sama-sama menyontek. “Pembenaran hal yang tidak benar” kemudian berkembang menjadi sebuah “kenormalan” inilah yang memprihatinkan. Terlebih lagi mereka tidak menyadari bahwa vape sebenarnya memiliki potensi bahaya yang juga sama besarnya dengan rokok, bahkan berpotensi lebih cepat memicu kanker.


Kalau lihat hasil penelitian dari John Hopkins Medicine ini, kalian masih yakin mau nge-vape? (Sumber: https://www.hopkinsmedicine.org/)

Beberapa iklan vape sengaja menggaet figur publik terkenal dan juga memiliki wajah yang rupawan, bahkan beberapa event lomba atau kuis sengaja dibuat dengan memberikan hadiah hiburan berupa vape. Iklan dan tagar yang digunakan juga banyak yang tidak sinkron. Salah satu pesan dari Mas Bigwanto adalah bagaimana kita harus jeli, karena industri rokok ini pintar untuk membajak atau meniru kegiatan yang berkesan antirokok (seperti pungut puntung rokok) dan bahkan memasukkan logo-logo lembaga kesehatan seperi IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) dan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pada website mereka.


Program CSR industri rokok melanggar aturan, hati-hati promosi terselubung
Berdasarkan PP nomor 109 tahun 2012 pasal 36 telah diatur mengenai perusahaan tembakau yang ingin menjadi sponsor suatu kegiatan harus memenuhi ketentuan tidak menyantumkan merek dagang, logo produk tembakau termasuk “brand image” produk tembakau serta tidak mempromosikan produk tembakau tersebut.

Hariyadi selaku Data Analyst Officer Lentera Anak menjelaskan bahwa kenyataan di lapangan tidak sejalan dengan PP no. 109 tahun 2012 tersebut. Beberapa perusahaan tembakau nakal tetap mencantumkan logo mereka, nama perusahaan dan juga brand image. Contohnya saja audisi bulu tangkis yang diselenggarakan oleh PB Djarum. Atribut berupa kaus yang digunakan oleh anak-anak terpampang jelas dan nyata huruf DJARUM dengan font yang sama dan warna yang sama dengan bungkus produk rokoknya. Belum lagi beasiswa Diplomat yang diberikan oleh PT. Wismilak, semuanya identik.



Saya sendiri pernah menemukan sendiri, sebuah event bernuansa lomba kreativitas anak muda yang mana harus mendaftar dulu pada link websitenya. Event dari DCODE yang merupakan produknya Dunhill. Sekilas tampilan website lomba sangat apik dan juga keren. Rasa penasaran saya tergugah saat itu ketika melihat form untuk pendaftaran lombanya. Berikut tampilannya:

Lomba kreativitas kok nanya merokok atau ngga? aneh deh (Sumber: dcode.id)

Dari sini saya kemudian merasa aneh, kalau tidak promosi buat apa menanyakan merokok atau tidak ya? Oke mungkin saya masih bodoh di tahap ini. Selanjutnya saya tergerak untuk membuka syarat dan ketentuannya. Aha, ini dia nih bagian panjang kali lebar kali tinggi pangkat lima puluh yang tidak akan dibaca oleh orang. Panjang banget isinya dan tulisannya kecil-kecil rapet. Saya mencoba tetap sabar membaca karena rasa penasaran jauh lebih besar ketimbang mager.

Saya menemukan fakta menarik lainnya, ada poin yang menurut saya sangat “kritis” bagi kerahasiaan data peserta.

"Perusahaan kemungkinan akan berbagi informasi pribadi anda dengan cara berikut:
Informasi pribadi anda sewaktu-waktu dapat dipindahkan ke pihak lain yang tergabung didalam grup perusahaan dan afiliasinya, Grup perusahaan British American Tobacco di seluruh dunia (“Grup) atau kepada Mirum sebagai agensi dan agen pihak ketiga, perwakilan atau pemasok Perusahaan untuk tujuan pemeliharaan dan dukungan sistem."

Ada lagi nih poin selanjutnya yang juga bikin saya jadi lebih terkejut lagi.

"PEMASARAN DAN PROMOSI
Kami dapat menggunakan informasi Anda untuk mengirimkan materi pemasaran dan promosi langsung yang berkaitan dengan program atau produk yang terkait dengan Layanan, misalnya mengirimkan berbagai komunikasi kepada Anda (termasuk melalui email sehubungan dengan Layanan atau informasi produk atas nama kami atau pihak ketiga."

Kerahasiaan data peserta yang ikut lomba ini bisa disebarkan bahkan ke seluruh dunia dan bonusnya peserta akan dikirimkan materi atau informasi promosi produk. Ketika Mas Hariyadi menjelaskan mengenai ada promosi terselubung, menurut saya inilah contoh yang secara nyata saya temukan. Big data peserta lomba adalah “asset” tak ternilai, bila dibandingkan dengan hadiah berupa uang yang mereka tawarkan, jelas tidak sebanding dengan kebocoran data peserta.


Inilah fenomena yang terjadi, peraturan yang telah dibuat pun seakan tidak memiliki taring untuk menghadapi para pebisnis raksasa ini. Mas Hariyadi mengungkapkan memang hal ini masih menjadi PR besar pemerintah kita untuk lebih ketat lagi regulasinya dan membuat sanksi tegas bagi para pelanggar. Walaupun hal ini cukup berat dan memakan waktu lama, saya tetap optimis bangsa ini bisa bebas rokok.

Comments

  1. Miris banget ya pas tahu kalau jumlah perokok anak di Indonesia tinggi. Bahkan usia 5-9 tahun aja banyak yang udah merokok. Hiks. :(

    Di momen HTTS tahun ini, semoga pemerintah semakin melek ya dalam melihat realita yang ada. Semoga semakin tegas dalam menegakkan aturan biar perusahaan rokok gak semena-mena sehingga anak-anak gak lagi jadi korban.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa...semoga nanti pemerintah bisa menindak tegas dan harga rokok dibuat selangit biar kagak ada yang mampu beli yaaa..qiqiqi

      Delete
  2. Melihat promosi dan iklan rokok memang seperti hati yang terbelah sehingga memanipulasi generasi mudam Kalimat iklannya sangat inspiratif dan kreatif. Pun dalam kegiatan CSR-nya.

    ReplyDelete
  3. Ini menjadi PR kita bersama kak..menjaga dan mengedukasi generasi berikutnya dari bahaya dan jerat rokok berserta turunannya.

    ReplyDelete

Post a Comment