Miris rasanya melihat anak-anak masih mandi dan buang air besar di sungai (Dok. Pribadi) |
Ya, ini kali pertama saya
menginjakkan kaki di sebuah Desa Istimewa bernama Kutakarang. Desa yang terbilang
sangat luas ini menyimpan bom waktu generasi masa mendatang. Wah, ada apa
rupanya?
Gerakan Banten Mengajar. Ya,
komunitas inilah rupanya yang menghantarkan dan membuka mata kami lebar-lebar.
Saya terkejut, sangat terkejut! Daerah Banten masih memiliki daerah yang
seperti ini. Sungguh, ini hampir tidak dapat dipercaya! Sebuah Desa yang
jaraknya hanya 6 jam perjalanan dari Jakarta ternyata memiliki kesenjangan sosial
dan ekonomi yang sangat tinggi.
Rumah-rumah terbuat dari kayu dan berdinding anyaman bambu. Tidak berhenti sampai di situ, mereka bahkan tidak memiliki toilet. Tolong digarisbawahi yang tebal, TIDAK PUNYA TOILET! Berdasarkan data kependudukan Desa, terdapat kurang lebih 219 KK yang tinggal di Kampung Cinibung, Desa Kutakarang, Kec. Cibitung, Kel. Pandeglang-Banten. Dari 219 KK tersebut hanya 2 rumah yang memiliki toilet alias jamban yaitu bapak sekretaris desa dan puskesmas pembantu.
Kondisi rumah di Kampung Cinibung, Pandeglang Banten (Dok.Pribadi) |
Rumah-rumah terbuat dari kayu dan berdinding anyaman bambu. Tidak berhenti sampai di situ, mereka bahkan tidak memiliki toilet. Tolong digarisbawahi yang tebal, TIDAK PUNYA TOILET! Berdasarkan data kependudukan Desa, terdapat kurang lebih 219 KK yang tinggal di Kampung Cinibung, Desa Kutakarang, Kec. Cibitung, Kel. Pandeglang-Banten. Dari 219 KK tersebut hanya 2 rumah yang memiliki toilet alias jamban yaitu bapak sekretaris desa dan puskesmas pembantu.
Miris rasanya hati ini melihat
fenomena yang terpampang nyata di depan mata kami. Sedih pula rasanya di era
globalisasi seperti ini, masih ada masyarakat yang tinggal di bawah garis
kemiskinan yang bahkan satu kampung tidak memiliki toilet. Sebuah elemen utama
dalam kebutuhan primer rumah tangga. Hal inilah yang mendorong sekelompok kami untuk membentuk komunitas bernama EMCEKAQU (Empowering Community Through Economy and Health Quality Improvement) yang berfokus pada sanitasi dan memiliki visi untuk memberantas BABS di Kampung Cinibung.
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) itu telah menjadi budaya masyarakat
Dua tahun lamanya kami berkunjung secara berkala dan berinteraksi dengan masyarakat Kampung Cinibung. Dari sanalah kami
mengetahui bahwa kesehatan dan kebersihan menjadi hal nomor kesekian di sana. Mereka
sudah terbiasa melakukan buang air besar sembarangan (BABS) seumur hidup mereka
dan orang lain juga melakukannya. BABS biasanya lakukan di kebun dan pinggir sungai. Tentu budaya satu sama lain saling tahu bahwa
BABS adalah hal lumrah ini menjadikan mereka toleran dan tidak malu satu sama lain. Mereka
bahkan tidak mengetahui bahaya yang tengah mengintai mereka terutama anak-anak
mereka.
Kami melakukan pemantauan
terhadap sumber air yang mereka gunakan, sebagian besar mengandalkan sumur dari
pemerintah, sebagian mengandalkan sumur yang mereka gali sendiri dan air
sungai. Kami melihat pula bahwa air sungai akan sangat surut pada musim kemarau. Faktanya Pemerintah telah membangun fasilitas MCK (mandi cuci kakus) di dekat sungai berupa kamar mandi sebanyak 2 buah dan satu sumur pada tahun 2008. Namun, apa daya kamar mandi yang tidak digunakan akhirnya menjadi rusak parah dan menjadi tidak layak. Sumurnya masih digunakan sampai kini untuk mengambil air untuk minum dan masak.
BABS dan kaitannya dengan stunting
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa stunting merupakan suatu kondisi terhambatnya pertumbuhan anak-anak yang nantinya akan mempengaruhi baik kondisi fisik dan perkembangan otak. Adapun Ibu Menteri Kesehatan Republik Indonesia yaitu Ibu Nila Moeloek telah membuat berbagai program untuk mencegah kasus stunting pada anak Indonesia. Stunting dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain nutrisi dalam 1000 hari kehidupan pertama anak dan sanitasi. Kondisi Kampung Cinibung sebenarnya memprihatinkan baik dari segi kecukupan nutrisi dan sanitasi. Budaya BABS membuat efek samping penyakit diare yang sering mereka alami terutama pada wanita hamil, bayi dan anak-anak.
Kami juga membandingkan pertumbuhan anak-anak Kampung Cinibung dengan anak-anak di Jakarta. Kondisinya sungguh sangat jauh berbeda. Anak-anak Kampung Cinibung memiliki tinggi badan yang lebih rendah dan rata-rata mereka memiliki berat badan yang tidak ideal (terlalu kurus). Ya, kini stunting bukan menjadi ancaman semata, namun sudah berada di depan mata dan mengancam!
Gabungan fenomena bonus demografi dan BABS = Bom waktu!
BABS dan kaitannya dengan stunting
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa stunting merupakan suatu kondisi terhambatnya pertumbuhan anak-anak yang nantinya akan mempengaruhi baik kondisi fisik dan perkembangan otak. Adapun Ibu Menteri Kesehatan Republik Indonesia yaitu Ibu Nila Moeloek telah membuat berbagai program untuk mencegah kasus stunting pada anak Indonesia. Stunting dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain nutrisi dalam 1000 hari kehidupan pertama anak dan sanitasi. Kondisi Kampung Cinibung sebenarnya memprihatinkan baik dari segi kecukupan nutrisi dan sanitasi. Budaya BABS membuat efek samping penyakit diare yang sering mereka alami terutama pada wanita hamil, bayi dan anak-anak.
Pertumbuhan anak-anak Kampung Cinibung umumnya lebih lambat dari anak-anak pada umumnya (Dok. Pribadi) |
Kami juga membandingkan pertumbuhan anak-anak Kampung Cinibung dengan anak-anak di Jakarta. Kondisinya sungguh sangat jauh berbeda. Anak-anak Kampung Cinibung memiliki tinggi badan yang lebih rendah dan rata-rata mereka memiliki berat badan yang tidak ideal (terlalu kurus). Ya, kini stunting bukan menjadi ancaman semata, namun sudah berada di depan mata dan mengancam!
Gabungan fenomena bonus demografi dan BABS = Bom waktu!
Fenomena
nikah muda sudah menjadi tren masa kini, tentunya terutama di daerah Kampung
Cinibung. Pernikahan dini anak yang baru lulus sekolah dasar menjadi hal yang
wajar di sana. Apakah bisa kita bayangkan bila perkembangbiakan manusia ini
berlangsung semakin masif dan masih disertai dengan kondisi sanitasi yang buruk
(BABS masih mendarah daging), akan jadi seperti apa kualitas manusia Indonesia
10-20 tahun mendatang? Mengerikan bukan?
Seribu
hari pertama kehidupan anak menjadi hal yang sangat kritis dan wajib menjadi
perhatian bagi seluruh ibu. Dimulai dari sejak kehamilan nutrisi dan sanitasi
sudah harus mendapatkan prioritas yang utama. Hal ini masih belum disadari oleh
ibu-ibu Kampung Cinibung, karena kurangnya akses terhadap makanan bergizi dan
sanitasi yang memadai.
Program Emcekaqu: Pendidikan sanitasi
sekolah
Saat
ini kami sedang menjalankan program pendidikan sanitasi di sekolah dengan cara
menempelkan poster cara mencuci tangan yang baik dan benar, komik BABS dan
slogan kebersihan. Kami juga melakukan dongeng dan kuis sanitasi dan bahaya
BABS. Adapun program ini kami lakukan dengan pertimbangan bahwa anak-anak
merupakan “Agent of change” yang
paling mudah untuk diberikan pembekalan mengenai hal-hal yang positif. Selain
itu, kami juga membangun fasilitas Rain
Water Harvesting di sekolah sebagai solusi sekolah yang sulit untuk
mendapatkan titik air tanah. Kami senang karena hal ini didukung oleh perangkat
Desa, guru dan masyarakat Kampung Cinibung.
Pembangunan fasilitas Rain Water harvesting di SDN Kutakarang 3 Kp. Cinibung (Dok. Emcekaqu) |
Saatnya kita menjadi agen penjinak bom
waktu!
Emcekaqu menjadi salah satu agen
yang akan berjuang untuk memberantas BABS terutama di Kampung Cinibung. Melalui
pendekatan sanitasi sekolah ke anak-anak dan juga ke ibu-ibu, kami berharap
bahwa jumlah kasus stunting di Kampung Cinibung dapat berkurang. Tidak hanya
kami yang dapat bergerak. Saya percaya bahwa kamu dan kita semua dapat menjadi agen
penjinak bom waktu terutama sanitasi dan nutrisi. Jika kita masing-masing telah
diberikan pemahaman yang baik mengenai pentingnya 1000 hari kehidupan anak yang
berkaitan dengan pola asuh, nutrisi dan sanitasi, niscaya generasi Indonesia
akan aman dari stunting.
Mari bersama kita ciptakan dan
jaga generasi masa depan Indonesia yang cerdas dan berkualitas!
Hiks sedih banget deh lihatnya. Padahal Banten deket dengan Jakarta ya tapi kenyataannya masih banyak anak-anak yang hidup tidak layak. Dengan hadirnya Emcekaqu membuat aku senang banget. Walau enggak mudah mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat di sana,tapi aku yakin suatu hari nanti Emcekaqu dapat menjinakkan bom waktu di sana. Tetap semangat!
ReplyDelete